Wednesday, May 27, 2015
Saturday, April 18, 2015
Dana dalam Agama Buddha
Bulan Maret lalu,
seperti yang telah kita ketahui bahwa seorang selebritis yang tidak lain
merupakan pelawak sekaligus presenter terfavorit Indonesia, yaitu Olga
Syahputra, telah meninggal dunia. Olga dapat dikatakan orang yang berada (kaya
raya). Meskipun bukan seorang pengusaha ternama di Indonesia, bukan direktur
perusahaan PT, tapi tidak dapat dipungkiri bawa gajinya di dunia entertainment
mencapai puluhan juta per-2 jam. Sedangkan dalam sehari, Beliau dapat kita
lihat di lebih dari satu acara di stasiun TV. Dengan kata lain, almarhum dapat
menikmati minimal 100 juta per-harinya. Tapi, bagaimanapun dengan kamma vipaka
yang kurang mendukung, Olga mau tidak mau harus meninggalkan hartanya di dunia.
Labels:
Artikel Dhamma
Friday, April 17, 2015
Friday, March 27, 2015
Rasa Takut yang Berlebihan pada Sesuatu
Setiap
orang memiliki sesuatu yang mereka takuti. Hal itu merupakan hal yang wajar. Mungkin
ada kaitannya dengan kejadian di masa lampau yang pernah dialami dan hal
tersebut membuat seseorang tersebut menjadi takut dan trauma, sehingga dia tak mau
sama sekali melihat, bertemu, atau berhubungan dengan hal-hal tersebut. Rasa
takut tersebut sebagian besar di lingkungan sekitar kita lebih akrab dikenal
dengan istilah fobia. Beberapa dari para pembaca mungkin justru malah tidak
mengenal istilah fobia ini. Dalam id.wikipedia.org, “Fobia (gangguan anxietas
fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena.”
Labels:
Cerita Kehidupan
Monday, March 16, 2015
Pengalaman dalam Berbicara di Depan Umum (Part 1)
Menjadi
Dhammaduta berarti secara tak langsung juga menjadi public speaker atau pembicara umum. Namun, sebagai Dhammaduta, aku sendiri masih belum
merasa sempurna dalam berbicara di depan umum. Motivasiku yang pertama dalam
berbicara di depan umum hanyalah untuk memutar Roda Dhamma. Hal itu juga yang
menjadi kekuatanku untuk berani dalam berbicara di depan umum. Namun,
hal tersebut tak cukup untuk menjadi public
speaker yang baik atau ideal. Meskipun sejujurnya aku tak merasa telah
menjadi pembicara umum yang baik atau pun ideal, di postingan ini aku akan
berbagi sedikit pengalaman dalam berbicara di depan umum. Mungkin tak akan banyak
pengalaman-pengalaman yang bermanfaat, karena pastinya banyak yang lebih terampil
dibanding kemampuanku. Namun, semoga pengalaman-pengalaman ini akan menambah wawasan para pembaca.
Labels:
Cerita Kehidupan
Sunday, March 8, 2015
Tak Seorang Gadis pun
Dhammaduta jugalah
seorang manusia, dapat merasakan perasaan yang secara wajar juga dapat
dirasakan oleh orang lain. Terlebih lagi, aku masih dikatakan berusia muda untuk
memanggul tugas yang mulia ini. Jujur saja, aku memang menyimpan sebuah rasa
kepada seorang gadis yang dulu sempat dekat denganku. Kala itu, kami bertatap
mata satu sama lain di sebuah pertemuan dalam organisasi yang sama, yakni
organisasi buddhis di kampus tempat kami kuliah bersama. Kami memang tak mengambil
jurusan yang sama. Hal itulah salah satu yang sedikit menjauhkan jarakku
dengannya.
Labels:
Cerita Kehidupan
Tuesday, March 3, 2015
Kesesuaian Budaya dan Tradisi Tionghoa dengan Agama Buddha
Karena belum melewati cap go me, sehingga masih berada dalam
suasana Tahun Baru Imlek. Dan alangkah baiknya saya, Aditya Tandi, sebagai
penulis blog iPad Dhammaduta, secara pribadi mengucapkan Kionghi Huat Cai, Selamat Tahun Baru Imlek 2566 (berdasarkan tahun
kelahiran Konghucu). Berkenaan dengan Tahun Baru Imlek, ada beberapa keunikan
tersendiri dalam perayaannya. Misalnya saja penduduk tionghoa di Indonesia yang
biasanya membunyikan petasan pada Tahun Baru Imlek. Kemudian, beberapa juga
menyembunyikan sapu. Dan sudah tidak asing jika banyak yang menggantungkan lampion
merah. Serta masih banyak lagi tradisi tionghoa baik saat Tahun Baru Imlek atau
saat-saat tertentu lainnya. Sebenarnya apa sih esensi dari tradisi-tradisi tersebut?
Dan apakah budaya dan tradisi yang selama ini dijalankan sesuai dengan ajaran Agama
Buddha?
Labels:
Artikel Dhamma
Wednesday, February 25, 2015
Tuesday, February 24, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 6)
Tidak
hanya kebahagiaan dalam kehidupaan saat ini (duniawi), serta kebahagiaan dalam
kehidupan yang akan datang (surgawi) seperti dijelaskan pada artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5), perlu kita ketahui bahwa kebahagiaan
tanpa kondisi atau yang akrab kita sebut Nibbana, juga diajarkan dalam Agama
Buddha cara-cara untuk memperolehnya. Artikel ini mungkin tidak dapat memuat keseluruhan
rincian cara-cara memperoleh kebahagiaan Nibbana. Lebih rinci lagi akan dibahas
di topik khusus nantinya.
Labels:
Artikel Dhamma
Saturday, February 21, 2015
Friday, February 20, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5)
Jika
dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4) dikatakan
bahwa kebahagiaan duniawi dihalalkan, tapi tidak dianjurkan oleh Buddha, dan di
artikel tersebut dijelaskan pula terdapat empat hal yang dapat menghasilkan
kebahagiaan dalam kehidupan saat ini (duniawi), dalam artikel ini akan lebih
dibahas cara memperoleh kebahagiaan surgawi. Beberapa orang yang sudah sedikit
memahami esensi ajaran Agama Buddha, mungkin sebagian besar dari mereka sudah
tidak lagi tergiur dengan kebahagiaan duniawi. Mereka bisa saja mengharapkan
kebahagiaan surgawi, yang memiliki kualitas lebih mulia dibanding kebahagiaan
duniawi. Oleh karena itu, berikut akan segera dijelaskan bagaimana caranya
memperoleh kebahagiaan tersebut.
Labels:
Artikel Dhamma
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4)
Kita
telah mengetahui dari artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3) bahwa kebahagiaan duniawi ternyata dihalalkan dalam Agama Buddha. Tapi, meskipun
begitu hal tersebut juga tidak dianjurkan oleh Buddha.
Labels:
Artikel Dhamma
Tuesday, February 17, 2015
Monday, February 16, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3)
Dari
ketiga jenis kebahagiaan yang dibahas dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), kebahagiaan nibbana merupakan satu-satunya kebahagiaan
yang kekal karena bukan sebuah kondisi. Lalu, apakah benar pernyataan bahwa
seluruh umat Buddha harus mengejar kebahagiaan nibbana dan tidak diperkenankan
mengejar kebahagiaan duniawi atau surgawi? Terlebih lagi terdapat pernyataan
tambahan bahwa kebahagiaan nibbana hanya dapat direalisasi oleh para bhikkhu, sehingga
seluruh umat Buddha sudah seharusnya menjadi bhikkhu dan umat awam tidak
dihalalkan dalam Agama Buddha?
Labels:
Artikel Dhamma
Friday, February 13, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 2)
Setelah
membaca artikel sebelumnya, yaitu Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dibagi menjadi tiga jenis. Tiga jenis
kebahagiaan tersebut tidak lain adalah kebahagiaan dalam kehidupan saat ini atau
kebahagiaan duniawi, kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang atau
kebahagiaan surgawi (kebahagiaan karena hidup di alam surga), dan kebahagiaan
tanpa kondisi atau nibbana. Dalam artikel ini akan lebih membahas kebahagiaan
dalam kehidupan saat ini.
Labels:
Artikel Dhamma
Thursday, February 12, 2015
Sunday, February 8, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1)
Pernahkah kita berpikir mengapa sekarang kita hidup?
Dan untuk apa kita hidup? Saya sendiri merupakan salah seorang yang juga pernah
merenungkannya. Saat itu satu-satunya jawaban yang berada di benak saya adalah
Tuhan. Saya dapat hidup pada saat itu karena Tuhan menciptakan saya, dan untuk
apa hidup saya kelak? Semua itu rahasia Tuhan, karena Tuhan telah mengaturnya
bagai alur cerita yang telah disusun oleh Sang Pengarang. Detik itu, saya
sedikit tenang dan jauh dari rasa cemas. Tapi ternyata ketenangan tersebut tidak
dapat bertahan lama.
Labels:
Artikel Dhamma
Saturday, February 7, 2015
Pendahuluan Blog dan Perkenalan Penulis
Blog ini akan memuat artikel-artikel mengenai Dhamma hasil tulisan tangan
seorang Dhammaduta, yaitu saya sendiri. Nama saya Aditya, lengkapnya Aditya
Tandi. Ya, benar saya se-tan (bahasa hokkien) atau dalam
bahasa Indonesia bermarga Tan. “Adi” itulah nama panggilan yang biasa terlontar
di lingkungan keluarga kepada saya. Tapi di lingkungan sekolah, kampus, vihara,
atau lingkungan eksternal lainnya, kebanyakan orang memanggil Adit sebagai
tanda keakraban mereka dengan saya. “Aditya” merupakan sebuah nama asli
Indonesia yang populer, terutama di lingkungan hidup saya. Beberapa orang
merasa bangga akan kepopuleran namanya di lingkungan. Menurut mereka
populer/banyak dipakai berarti nama tersebut bagus dan memiliki arti/makna yang
baik, tapi tidak untuk saya. Saya akan jelaskan jika kita berjodoh Dhamma di
vihara, organisasi, atau lingkungan lainnya.
Labels:
Lain-Lain
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)