Dari
ketiga jenis kebahagiaan yang dibahas dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), kebahagiaan nibbana merupakan satu-satunya kebahagiaan
yang kekal karena bukan sebuah kondisi. Lalu, apakah benar pernyataan bahwa
seluruh umat Buddha harus mengejar kebahagiaan nibbana dan tidak diperkenankan
mengejar kebahagiaan duniawi atau surgawi? Terlebih lagi terdapat pernyataan
tambahan bahwa kebahagiaan nibbana hanya dapat direalisasi oleh para bhikkhu, sehingga
seluruh umat Buddha sudah seharusnya menjadi bhikkhu dan umat awam tidak
dihalalkan dalam Agama Buddha?
Buddha
tidak pernah sama sekali memaksa umat-Nya untuk menjadi bhikkhu demi
terealisasinya kebahagiaan, bahkan Buddha tidak tertarik sama sekali siapapun
menjadi umat-Nya. Beliau telah menemukan kebenaran sejati dalam kehidupan ini
untuk dibabarkan kepada semua makhluk, terutama manusia dan dewa. Tapi, sesungguhnya
Beliau tidak menginginkan manusia dan dewa menjadi siswa-siswi-Nya. Keinginan
Beliau sejatinya adalah semua makhluk dapat melihat kebenaran sejati layaknya
yang telah ditemukan-Nya.
Fakta
bahwa Buddha tidak pernah memaksa umat-Nya untuk menjadi bhikkhu dapat terbukti
seperti yang tercantum dalam Kitab Suci Agama Buddha (Tipitaka/Tripitaka),
bagian Keranjang Sutta (Sutta Pitaka), tepatnya dalam Anguttara Nikaya BAB II,
Gatha 65, yang membahas terdapat empat keinginan yang wajar dari manusia biasa
atau umat awam. Yang pertama, menjadi kaya. Pastinya orang miskin sejatinya
ingin menjadi kaya, begitu juga orang kaya yang tidak mengharapkan kehilangan
kekayaannya. Bahkan sekalipun beberapa orang kaya yang menyatakan bahwa mereka menderita
karena memiliki terlalu banyak harta, kenyataannya mereka akan lebih menderita
jika kehilangan harta mereka.
Kedua,
tertulis “Semoga saya dan kawan-kawan dapat mencapai kedudukan sosial yang
tinggi” dalam Anguttara Nikaya tersebut. Memiliki kekayaan terasa belum lengkap
jika belum ditemani kedudukan sosial yang tinggi. Para orang kaya pun pastinya
ingin dianggap atau dinilai kaya dan ingin dihormati oleh beberapa orang di
lingkungannya.
Kemudian,
manusia biasa pastinya ingin berusia panjang, terlebih lagi jika telah memiliki
kekayaan dan kedudukan sosial yang tinggi. Pastinya mereka ingin terus dapat
menikmati kebahagiaan-kebahagiaan akan harta dan kedudukan sosial yang
dimilikinya.
Keinginan
wajar yang terakhir adalah terlahirkan kembali di alam kebahagiaan. Sungguh
merupakan hal yang begitu amat nikmat jika seumur-hidupnya memiliki kekayaan,
kedudukan sosial yang tinggi, berusia panjang, dan setelah meninggal terlahir
di alam surga.
Referensi:
“Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha”. http://artikelbuddhist.com/2011/05/ agama-dan-tujuan-hidup-umat-buddha.html
0 comments :
Post a Comment