Dhammaduta jugalah
seorang manusia, dapat merasakan perasaan yang secara wajar juga dapat
dirasakan oleh orang lain. Terlebih lagi, aku masih dikatakan berusia muda untuk
memanggul tugas yang mulia ini. Jujur saja, aku memang menyimpan sebuah rasa
kepada seorang gadis yang dulu sempat dekat denganku. Kala itu, kami bertatap
mata satu sama lain di sebuah pertemuan dalam organisasi yang sama, yakni
organisasi buddhis di kampus tempat kami kuliah bersama. Kami memang tak mengambil
jurusan yang sama. Hal itulah salah satu yang sedikit menjauhkan jarakku
dengannya.
Jauh sebelum berjumpa
dengannya di lingkungan tempat kami belajar kini, tanpa kusadari kami sempat bertemu beberapa
kali dalam sebuah acara organisasi buddhis skala provinsi. Namun, saat itu aku
masih duduk di kursi SD. Hingga akhirnya, aku baru dapat menyadari betapa indahnya
senyuman itu,... tatapan itu,... serta wajah menggemaskannya, setelah berjumpa di
lingkungan kami menempuh pendidikan di universitas.
Dapat dikatakan bahwa
aku bukanlah seseorang yang sulit menyukai orang lain. Namun, juga tak dapat disimpulkan
bahwa aku seseorang yang begitu mudah menyukai orang lain. Delapan kali berhubungan
asmara, tak seluruhnya mampu melengkapi kehampaan hati. Semua itu dihitung
dari ketika pertama kali kuputuskan untuk memiliki sebuah hubungan spesial
dengan seorang gadis. Saat itu, aku tengah menempuh pendidikan di kursi SMP.
Begitu indah rasanya saat itu. Meskipun keindahan itu tak berumur panjang.
Segalanya berakhir ketika dia meninggalkanku demi laki-laki lain. Usaha untuk
menerimanya telah kulakukan. Dengan berulang kali mengusap pipi yang dibasahi air mata, kucoba menyadari bahwa aku memang tak sempurna
untuknya.
Terlepas ikatan
hubungan dengannya, aku tak henti-hentinya mencoba tuk cari sosok lain yang
mungkin mampu menutupi lubang di hati. Gadis demi gadis, kumasuki kehidupan mereka. Hingga waktu berlalu, dan tak jua
pecahan hati yang hilang kutemukan. Semua baru saja terasa berbeda, ketika aku berjumpa kembali dengan gadis yang kumaksud. Dia bukanlah seorang gadis yang pertama kali kujumpai, bukan yang
pertama kali kusimpan rasa untuknya. Namun, hanya dialah seorang yang mampu melengkapi
bagian hilang dari hati.
Meski begitu, tatapan
matanya yang kusebut-sebut begitu indah, tak sedikitpun kutemukan rasa yang
sama padaku. Aku tak ingin memaksakan perasaannya. Kala itu jua, sempat aku merasa angkuh dengan berpikir akan banyak kutemukan gadis sepertinya. Sejak
itu, aku pergi mencari,... terus mencari,... dan akhirnya aku berhasil membuktikan
bahwa gadis sepertinya memang tak hanya dia seorang. Beberapa darinya yang
kutemukan, mulai kukejar mereka satu demi satu. Namun, kenyataan memperlihatkan bahwa semakin kukejar, semakin kusadari... bahwa aku
salah... Tak seorang gadis pun mampu menggesernya dari hatiku.
0 comments :
Post a Comment