Pages

Friday, February 20, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4)

Kita telah mengetahui dari artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3) bahwa kebahagiaan duniawi ternyata dihalalkan dalam Agama Buddha. Tapi, meskipun begitu hal tersebut juga tidak dianjurkan oleh Buddha.
Dalam Kitab Suci Agama Buddha (Tipitaka), bagian Keranjang Sutta (Sutta Pitaka), tepatnya di Anguttara Nikaya, dijelaskan pada Vyagghapajja Sutta bahwa ketika itu Buddha Gotama tengah berdiam di antara Suku Koliya, Kota Kakkarapatta. Seorang umat awam bernama Dighajanu datang mendekati Buddha Gotama dan tak lupa menghormati Bhagava dengan bernamakara/bernamaskara. Setelah menghormat, umat awam ini duduk di satu sisi. Di sana ia mengutarakan suatu hal pada Buddha Gotama, “Bhante, kami adalah umat awam yang menikmati kesenangan duniawi......” Singkat cerita, Dighajanu melanjutkan dengan mengatakan, “Bhante, kepada kami ini biarlah Bhagava membabarkan Dhamma, mengajarkan hal-hal yang membawa pada kesejahteraan dan kebahagiaan dalam kehidupan sekarang ini......”
Kemudian Buddha Gotama menjelaskan bahwa terdapat empat hal yang menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan saat ini, yang maksudnya adalah kehidupan duniawi. Bhagava menjabarkan dengan seksama. Yang pertama adalah utthanasampada. Rajin, bersemangat, dan terampil dalam mengerjakan apa saja. Terampil di sini maksudnya adalah ahli dalam melakukan sesuatu. Misalnya, seorang tukang kayu sebaiknya ahli dari memilah, memotong, hingga mengampas kayu. Serta produktif, maksudnya dengan keahliannya tersebut sebaiknya dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Kedua, arakkhasampada. Ia harus pandai menjaga penghasilannya. Bukan hanya pandai menjaga hasil kerjanya (penghasilan), sebaiknya juga pandai menjaga cara kerjanya atau kinerjanya. Jika kinerja tersebut sudah baik, haruslah terus menjadi lebih baik, atau setidaknya tidak menurun. Akan lebih sempurna apabila juga pandai menjaga barang/jasa yang dihasilkannya (produktivitasnya).
Setelah itu, kalyanamitta. Mencari pergaulan yang baik. Sudah sepatutnya memiliki sahabat yang baik, terpelajar, bermoral. Bergaul dengan mereka yang mengingatkan kita untuk tidak melakukan perbuatan buruk, dan agar selalu melakukan perbuatan baik.
Yang terakhir, Samajivikata. Harus dapat hidup dengan batas-batas kemampuannya. Tidak menginginkan sesuatu sampai-sampai mengambil barang yang tidak diberikan. Sudah sepatutnya kita cukup memiliki sesuatu yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan. Buddha mengajarkan bahwa dari seluruh penghasilan para umat awam, sebaiknya 50% digunakan untuk diputar kembali dalam usaha. Kemudian, secara ideal 25% digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Lalu, 25% terakhir akan lebih baik digunakan sebagai tabungan baik tabungan di kehidupan saat ini maupun kehidupan yang akan datang (berdana).

Referensi:
"Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha" http://artikelbuddhist.com/2011/05/ agama-dan-tujuan-hidup-umat-buddha.html

0 comments :

Post a Comment