Bulan Maret lalu,
seperti yang telah kita ketahui bahwa seorang selebritis yang tidak lain
merupakan pelawak sekaligus presenter terfavorit Indonesia, yaitu Olga
Syahputra, telah meninggal dunia. Olga dapat dikatakan orang yang berada (kaya
raya). Meskipun bukan seorang pengusaha ternama di Indonesia, bukan direktur
perusahaan PT, tapi tidak dapat dipungkiri bawa gajinya di dunia entertainment
mencapai puluhan juta per-2 jam. Sedangkan dalam sehari, Beliau dapat kita
lihat di lebih dari satu acara di stasiun TV. Dengan kata lain, almarhum dapat
menikmati minimal 100 juta per-harinya. Tapi, bagaimanapun dengan kamma vipaka
yang kurang mendukung, Olga mau tidak mau harus meninggalkan hartanya di dunia.
Dari artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3), tentunya kita telah memahami jelas
bahwa Buddha tidak mewajibkan murid-murid-Nya untuk meninggalkan kehidupan
duniawi dan lalu menjadi Bhikkhu/Bhikkhuni. Sebagai bukti yang menegaskan
pernyataan saya, kita dapat membaca Kitab Suci Tipitaka, bagian Sutta Pitaka,
tepatnya di Anguttara Nikaya BAB II, Gatha 65. Selain itu, Buddha sendiri juga
mengajarkan pada para umat awam masih di Anguttara Nikaya, Vyagghapajja Sutta.
Di point 4, yaitu Samajivikata, Bhagava menjelaskan bahwa para umat awam haruslah
dapat hidup dengan batas-batas kemampuannya. Tidak berhenti di situ, Buddha
juga menjabarkan dari semua pendapatan bersih kita (umat awam), sebaiknya 50%
digunakan untuk investasi usaha, 25% digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, 25%
sisanya digunakan untuk tabungan. Dalam kitab komentar siswa-Nya merincikan
bahwa 25% yang digunakan untuk tabungan, sebaiknya 20% digunakan untuk tabungan
kehidupan saat ini, dan 5% lagi digunakan untuk tabungan kehidupan yang akan
datang (berdana).
Dana dalam Agama Buddha
memang bukan sebagai faktor utama menuju Nibbana. Tapi tidak dapat dipungkiri
bahwa Dana juga berkontribusi besar sepanjang jalan menuju Sang Jalan. Dalam
Punnakiriyavatthu, Dana menjadi point nomor satu, bukan nomor dua atau nomor
tiga. Di Sangahavatthu, Dana juga menjadi point nomor satu. Bahkan 10 parami
juga menjadikan Dana point nomor satu. Dapat dilihat bahwa Buddha dalam membabarkan
Dhamma, selalu diawali dengan mengajarkan Dana, terutama kepada umat awam.
Dengan menyimpulkan
bahwa Dana merupakan perbuatan baik yang cukup penting, tentunya hal penting
tersebut menawarkan kita manfaat yang mungkin menggiurkan. Oleh karena itu,
Macchari Sutta dalam Samyutta Nikaya berbunyi, “Mereka yang kikir di sini, di
dunia ini; orang-orang pelit, pencaci; orang-orang yang membuat rintangan bagi
orang lain yang suka memberikan persembahan, mereka akan terlahir kembali di
neraka, di alam binatang, atau alam Yama. Jika mereka kembali ke alam manusia, mereka
akan terlahir dalam keluarga miskin di mana pakaian, makanan, dan aktivitas
olah-raga diperoleh dengan susah payah. Apapun yang diharapkan oleh si dungu
dari orang lain, bahkan itu pun tidak mereka peroleh. Ini adalah akibat dalam
kehidupan ini dan kelahiran yang buruk di masa depan...” Sebaliknya, “... Bagi
mereka yang terlahir di alam manusia ramah dan dermawan, yakin dalam Buddha dan
Dhamma, serta menghormati Sangha, orang-orang ini menerangi alam surga di mana
mereka akan terlahir kembali. Jika mereka kembali ke alam manusia, mereka akan
terlahir kembali dalam keluarga kaya di mana pakaian, makanan, dan aktivitas
olah-raga diperoleh tanpa susah payah. Mereka bergembira bagaikan para dewa
yang mengendalikan barang-barang, yang dikumpulkan oleh orang lain. Ini adalah
akibat dalam kehidupan ini dan kelahiran yang baik di masa depan.”
Referensi:
dahSyat. “Olga Presenter Terfavorit
Indonesia – dahSyat 28 Maret 2015.” 30 Maret 2015. https://www.youtube.com/watch?v=Wk5v20LEMJM
Bodhi, Bhikkhu. “Mengapa Berdana.” 11
Januari 2005. http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/mengapa-berdana/
“Dana.” 27 Oktober 2013. http://dhammacitta.org/dcpedia/D%C4%81na
0 comments :
Post a Comment