Pages

Saturday, April 18, 2015

Dana dalam Agama Buddha

Bulan Maret lalu, seperti yang telah kita ketahui bahwa seorang selebritis yang tidak lain merupakan pelawak sekaligus presenter terfavorit Indonesia, yaitu Olga Syahputra, telah meninggal dunia. Olga dapat dikatakan orang yang berada (kaya raya). Meskipun bukan seorang pengusaha ternama di Indonesia, bukan direktur perusahaan PT, tapi tidak dapat dipungkiri bawa gajinya di dunia entertainment mencapai puluhan juta per-2 jam. Sedangkan dalam sehari, Beliau dapat kita lihat di lebih dari satu acara di stasiun TV. Dengan kata lain, almarhum dapat menikmati minimal 100 juta per-harinya. Tapi, bagaimanapun dengan kamma vipaka yang kurang mendukung, Olga mau tidak mau harus meninggalkan hartanya di dunia.

Friday, March 27, 2015

Rasa Takut yang Berlebihan pada Sesuatu

Setiap orang memiliki sesuatu yang mereka takuti. Hal itu merupakan hal yang wajar. Mungkin ada kaitannya dengan kejadian di masa lampau yang pernah dialami dan hal tersebut membuat seseorang tersebut menjadi takut dan trauma, sehingga dia tak mau sama sekali melihat, bertemu, atau berhubungan dengan hal-hal tersebut. Rasa takut tersebut sebagian besar di lingkungan sekitar kita lebih akrab dikenal dengan istilah fobia. Beberapa dari para pembaca mungkin justru malah tidak mengenal istilah fobia ini. Dalam id.wikipedia.org, “Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena.”

Monday, March 16, 2015

Pengalaman dalam Berbicara di Depan Umum (Part 1)

Menjadi Dhammaduta berarti secara tak langsung juga menjadi public speaker atau pembicara umum. Namun, sebagai Dhammaduta, aku sendiri masih belum merasa sempurna dalam berbicara di depan umum. Motivasiku yang pertama dalam berbicara di depan umum hanyalah untuk memutar Roda Dhamma. Hal itu juga yang menjadi kekuatanku untuk berani dalam berbicara di depan umum. Namun, hal tersebut tak cukup untuk menjadi public speaker yang baik atau ideal. Meskipun sejujurnya aku tak merasa telah menjadi pembicara umum yang baik atau pun ideal, di postingan ini aku akan berbagi sedikit pengalaman dalam berbicara di depan umum. Mungkin tak akan banyak pengalaman-pengalaman yang bermanfaat, karena pastinya banyak yang lebih terampil dibanding kemampuanku. Namun, semoga pengalaman-pengalaman ini akan menambah wawasan para pembaca.

Sunday, March 8, 2015

Tak Seorang Gadis pun

Dhammaduta jugalah seorang manusia, dapat merasakan perasaan yang secara wajar juga dapat dirasakan oleh orang lain. Terlebih lagi, aku masih dikatakan berusia muda untuk memanggul tugas yang mulia ini. Jujur saja, aku memang menyimpan sebuah rasa kepada seorang gadis yang dulu sempat dekat denganku. Kala itu, kami bertatap mata satu sama lain di sebuah pertemuan dalam organisasi yang sama, yakni organisasi buddhis di kampus tempat kami kuliah bersama. Kami memang tak mengambil jurusan yang sama. Hal itulah salah satu yang sedikit menjauhkan jarakku dengannya.

Moderator Dhamma Talk "Tetap Kece tanpa Seks Bebas dan Narkoba" @Vihara Buddha Guna Karawang, 1 Maret 2015


Tuesday, March 3, 2015

Kesesuaian Budaya dan Tradisi Tionghoa dengan Agama Buddha

Karena belum melewati cap go me, sehingga masih berada dalam suasana Tahun Baru Imlek. Dan alangkah baiknya saya, Aditya Tandi, sebagai penulis blog iPad Dhammaduta, secara pribadi mengucapkan Kionghi Huat Cai, Selamat Tahun Baru Imlek 2566 (berdasarkan tahun kelahiran Konghucu). Berkenaan dengan Tahun Baru Imlek, ada beberapa keunikan tersendiri dalam perayaannya. Misalnya saja penduduk tionghoa di Indonesia yang biasanya membunyikan petasan pada Tahun Baru Imlek. Kemudian, beberapa juga menyembunyikan sapu. Dan sudah tidak asing jika banyak yang menggantungkan lampion merah. Serta masih banyak lagi tradisi tionghoa baik saat Tahun Baru Imlek atau saat-saat tertentu lainnya. Sebenarnya apa sih esensi dari tradisi-tradisi tersebut? Dan apakah budaya dan tradisi yang selama ini dijalankan sesuai dengan ajaran Agama Buddha?

Tuesday, February 24, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 6)

Tidak hanya kebahagiaan dalam kehidupaan saat ini (duniawi), serta kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang (surgawi) seperti dijelaskan pada artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5), perlu kita ketahui bahwa kebahagiaan tanpa kondisi atau yang akrab kita sebut Nibbana, juga diajarkan dalam Agama Buddha cara-cara untuk memperolehnya. Artikel ini mungkin tidak dapat memuat keseluruhan rincian cara-cara memperoleh kebahagiaan Nibbana. Lebih rinci lagi akan dibahas di topik khusus nantinya.

Friday, February 20, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5)

Jika dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4) dikatakan bahwa kebahagiaan duniawi dihalalkan, tapi tidak dianjurkan oleh Buddha, dan di artikel tersebut dijelaskan pula terdapat empat hal yang dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan saat ini (duniawi), dalam artikel ini akan lebih dibahas cara memperoleh kebahagiaan surgawi. Beberapa orang yang sudah sedikit memahami esensi ajaran Agama Buddha, mungkin sebagian besar dari mereka sudah tidak lagi tergiur dengan kebahagiaan duniawi. Mereka bisa saja mengharapkan kebahagiaan surgawi, yang memiliki kualitas lebih mulia dibanding kebahagiaan duniawi. Oleh karena itu, berikut akan segera dijelaskan bagaimana caranya memperoleh kebahagiaan tersebut.

Sekretaris Pimpinan Sidang Musyawarah Daerah VI Sekber PMVBI Provinsi Jawa Barat @Pondok Saddhana Amitayus Bogor, 14 & 15 Februari 2015


Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4)

Kita telah mengetahui dari artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3) bahwa kebahagiaan duniawi ternyata dihalalkan dalam Agama Buddha. Tapi, meskipun begitu hal tersebut juga tidak dianjurkan oleh Buddha.

Monday, February 16, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3)

Dari ketiga jenis kebahagiaan yang dibahas dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), kebahagiaan nibbana merupakan satu-satunya kebahagiaan yang kekal karena bukan sebuah kondisi. Lalu, apakah benar pernyataan bahwa seluruh umat Buddha harus mengejar kebahagiaan nibbana dan tidak diperkenankan mengejar kebahagiaan duniawi atau surgawi? Terlebih lagi terdapat pernyataan tambahan bahwa kebahagiaan nibbana hanya dapat direalisasi oleh para bhikkhu, sehingga seluruh umat Buddha sudah seharusnya menjadi bhikkhu dan umat awam tidak dihalalkan dalam Agama Buddha?

Friday, February 13, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 2)

Setelah membaca artikel sebelumnya, yaitu Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dibagi menjadi tiga jenis. Tiga jenis kebahagiaan tersebut tidak lain adalah kebahagiaan dalam kehidupan saat ini atau kebahagiaan duniawi, kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang atau kebahagiaan surgawi (kebahagiaan karena hidup di alam surga), dan kebahagiaan tanpa kondisi atau nibbana. Dalam artikel ini akan lebih membahas kebahagiaan dalam kehidupan saat ini.

Sunday, February 8, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1)

Pernahkah kita berpikir mengapa sekarang kita hidup? Dan untuk apa kita hidup? Saya sendiri merupakan salah seorang yang juga pernah merenungkannya. Saat itu satu-satunya jawaban yang berada di benak saya adalah Tuhan. Saya dapat hidup pada saat itu karena Tuhan menciptakan saya, dan untuk apa hidup saya kelak? Semua itu rahasia Tuhan, karena Tuhan telah mengaturnya bagai alur cerita yang telah disusun oleh Sang Pengarang. Detik itu, saya sedikit tenang dan jauh dari rasa cemas. Tapi ternyata ketenangan tersebut tidak dapat bertahan lama.

Saturday, February 7, 2015

Pendahuluan Blog dan Perkenalan Penulis

Blog ini akan memuat artikel-artikel mengenai Dhamma hasil tulisan tangan seorang Dhammaduta, yaitu saya sendiri. Nama saya Aditya, lengkapnya Aditya Tandi. Ya, benar saya se-tan (bahasa hokkien) atau dalam bahasa Indonesia bermarga Tan. “Adi” itulah nama panggilan yang biasa terlontar di lingkungan keluarga kepada saya. Tapi di lingkungan sekolah, kampus, vihara, atau lingkungan eksternal lainnya, kebanyakan orang memanggil Adit sebagai tanda keakraban mereka dengan saya. “Aditya” merupakan sebuah nama asli Indonesia yang populer, terutama di lingkungan hidup saya. Beberapa orang merasa bangga akan kepopuleran namanya di lingkungan. Menurut mereka populer/banyak dipakai berarti nama tersebut bagus dan memiliki arti/makna yang baik, tapi tidak untuk saya. Saya akan jelaskan jika kita berjodoh Dhamma di vihara, organisasi, atau lingkungan lainnya.