Pages

Tuesday, February 24, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 6)

Tidak hanya kebahagiaan dalam kehidupaan saat ini (duniawi), serta kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang (surgawi) seperti dijelaskan pada artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5), perlu kita ketahui bahwa kebahagiaan tanpa kondisi atau yang akrab kita sebut Nibbana, juga diajarkan dalam Agama Buddha cara-cara untuk memperolehnya. Artikel ini mungkin tidak dapat memuat keseluruhan rincian cara-cara memperoleh kebahagiaan Nibbana. Lebih rinci lagi akan dibahas di topik khusus nantinya.

Friday, February 20, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5)

Jika dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4) dikatakan bahwa kebahagiaan duniawi dihalalkan, tapi tidak dianjurkan oleh Buddha, dan di artikel tersebut dijelaskan pula terdapat empat hal yang dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan saat ini (duniawi), dalam artikel ini akan lebih dibahas cara memperoleh kebahagiaan surgawi. Beberapa orang yang sudah sedikit memahami esensi ajaran Agama Buddha, mungkin sebagian besar dari mereka sudah tidak lagi tergiur dengan kebahagiaan duniawi. Mereka bisa saja mengharapkan kebahagiaan surgawi, yang memiliki kualitas lebih mulia dibanding kebahagiaan duniawi. Oleh karena itu, berikut akan segera dijelaskan bagaimana caranya memperoleh kebahagiaan tersebut.

Sekretaris Pimpinan Sidang Musyawarah Daerah VI Sekber PMVBI Provinsi Jawa Barat @Pondok Saddhana Amitayus Bogor, 14 & 15 Februari 2015


Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4)

Kita telah mengetahui dari artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3) bahwa kebahagiaan duniawi ternyata dihalalkan dalam Agama Buddha. Tapi, meskipun begitu hal tersebut juga tidak dianjurkan oleh Buddha.

Monday, February 16, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3)

Dari ketiga jenis kebahagiaan yang dibahas dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), kebahagiaan nibbana merupakan satu-satunya kebahagiaan yang kekal karena bukan sebuah kondisi. Lalu, apakah benar pernyataan bahwa seluruh umat Buddha harus mengejar kebahagiaan nibbana dan tidak diperkenankan mengejar kebahagiaan duniawi atau surgawi? Terlebih lagi terdapat pernyataan tambahan bahwa kebahagiaan nibbana hanya dapat direalisasi oleh para bhikkhu, sehingga seluruh umat Buddha sudah seharusnya menjadi bhikkhu dan umat awam tidak dihalalkan dalam Agama Buddha?

Friday, February 13, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 2)

Setelah membaca artikel sebelumnya, yaitu Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dibagi menjadi tiga jenis. Tiga jenis kebahagiaan tersebut tidak lain adalah kebahagiaan dalam kehidupan saat ini atau kebahagiaan duniawi, kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang atau kebahagiaan surgawi (kebahagiaan karena hidup di alam surga), dan kebahagiaan tanpa kondisi atau nibbana. Dalam artikel ini akan lebih membahas kebahagiaan dalam kehidupan saat ini.

Sunday, February 8, 2015

Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1)

Pernahkah kita berpikir mengapa sekarang kita hidup? Dan untuk apa kita hidup? Saya sendiri merupakan salah seorang yang juga pernah merenungkannya. Saat itu satu-satunya jawaban yang berada di benak saya adalah Tuhan. Saya dapat hidup pada saat itu karena Tuhan menciptakan saya, dan untuk apa hidup saya kelak? Semua itu rahasia Tuhan, karena Tuhan telah mengaturnya bagai alur cerita yang telah disusun oleh Sang Pengarang. Detik itu, saya sedikit tenang dan jauh dari rasa cemas. Tapi ternyata ketenangan tersebut tidak dapat bertahan lama.

Saturday, February 7, 2015

Pendahuluan Blog dan Perkenalan Penulis

Blog ini akan memuat artikel-artikel mengenai Dhamma hasil tulisan tangan seorang Dhammaduta, yaitu saya sendiri. Nama saya Aditya, lengkapnya Aditya Tandi. Ya, benar saya se-tan (bahasa hokkien) atau dalam bahasa Indonesia bermarga Tan. “Adi” itulah nama panggilan yang biasa terlontar di lingkungan keluarga kepada saya. Tapi di lingkungan sekolah, kampus, vihara, atau lingkungan eksternal lainnya, kebanyakan orang memanggil Adit sebagai tanda keakraban mereka dengan saya. “Aditya” merupakan sebuah nama asli Indonesia yang populer, terutama di lingkungan hidup saya. Beberapa orang merasa bangga akan kepopuleran namanya di lingkungan. Menurut mereka populer/banyak dipakai berarti nama tersebut bagus dan memiliki arti/makna yang baik, tapi tidak untuk saya. Saya akan jelaskan jika kita berjodoh Dhamma di vihara, organisasi, atau lingkungan lainnya.