Pages

Friday, March 27, 2015

Rasa Takut yang Berlebihan pada Sesuatu

Setiap orang memiliki sesuatu yang mereka takuti. Hal itu merupakan hal yang wajar. Mungkin ada kaitannya dengan kejadian di masa lampau yang pernah dialami dan hal tersebut membuat seseorang tersebut menjadi takut dan trauma, sehingga dia tak mau sama sekali melihat, bertemu, atau berhubungan dengan hal-hal tersebut. Rasa takut tersebut sebagian besar di lingkungan sekitar kita lebih akrab dikenal dengan istilah fobia. Beberapa dari para pembaca mungkin justru malah tidak mengenal istilah fobia ini. Dalam id.wikipedia.org, “Fobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena.”
Aku sendiri pun sejujurnya memiliki rasa takut terhadap beberapa hal. Namun, aku tak tahu apakah beberapa hal tersebut dapat dikatakan bahwa aku memiliki fobia. Karena yang kulihat di televisi-televisi, orang yang fobia akan sangat ekspresif saat melihat atau bertemu dengan hal yang dia takuti. Misalnya, temanku di Vihara memiliki fobia terhadap badut, sehingga dia akan menjerit-jerit hingga tertangis-tangis saat berhadapan atau bertemu langsung dengan badut.
Berbeda dengan itu, rasa takut yang aku alami sepertinya terlihat biasa saja, karena mungkin terdapat banyak orang yang bisa saja merasakan hal yang sama sepertiku. Yang paling dominan, rasa takut terhadap kecoa. Sejauh yang aku ketahui, hampir semua laki-laki sejati di seluruh nusantara memiliki rasa takut terhadap hewan yang satu ini. Dengan ukuran yang kecil, aroma tidak sedap yang khas, serta postur tubuh dan warna kulit yang menjijikan, makhluk luar biasa ini mendapatkan gelar hewan paling ditakuti di seluruh dunia. Di posisi kedua (runner-up) cicak mengejar masih dalam kategori yang sama.
Hari Rabu, 25 April 2015, kemarin aku mengalami tragedi yang begitu dahsyat. Kejadian tersebut mengambil lokasi di kostku, tepatnya di kamar mandi. Kost tempatku tinggal (Jakarta) memiliki empat atau lima lantai (aku tak pernah mengecek hingga ke lantai 5, sehingga tak tahu pasti). Lantai satu dan dua yang kini menjadi tempat menjual makanan Sang Pemilik Kost, serta lantai tiga, empat, dan (mungkin) lima merupakan kamar-kamar kost yang ditinggali para mahasiswa sebagian besarnya. Di lantai tiga di mana kamarku berada, memiliki dua kamar mandi (sepertinya setiap lantai memang memiliki dua kamar mandi). Kamar mandi yang sebelah kiri (sebelah kiri jika dilihat dari depan pintu kamar mandi tersebut) sepertinya selokan atau saluran airnya dilalui oleh air, kotoran, dll dari lantai-lantai atas termasuk kamar mandi sebelahnya (sebelah kanan jika dilihat dari depan pintu kamar mandi). Hal tersebut membuat kamar mandi sebelah kiri menjadi lebih bau dibanding kamar mandi lainnya. Oleh karena itu, sering terlihat penampakan kecoa di kamar mandi tersebut. Kondisi kamar mandi yang sering kotor dan beraroma tidak sedap mengkondisikan kecoa merasa nyaman di sana.
Suatu saat aku tengah buang air di kamar mandi tersebut, itu pun karena terpaksa menggunakan kamar mandi tersebut karena kamar mandi sebelahnya pun tengah digunakan orang lain. Dengan rasa waswas, cemas, dan keringat mengalir deras, aku melihat seekor kecoa masuk ke kamar mandi tersebut saat aku sedang buang air besar. Sejujurnya aku sangat amat takut pada saat itu. Namun, dengan berpikir panjang rasanya tidak mungkin jika aku lari keluar kamar mandi tanpa bersih-bersih dan mengenakan celana terlebih dahulu. Sementara strategi yang lewat sepintas di benakku adalah mengguyur lantai dengan air menggunakan gayung. Kuharap air tersebut membuat lantai licin dan kecoa tersebut sulit berjalan di atas lantai yang banjir karena kusirami dengan air terus-menerus. Hingga akhirnya aku berhasil membuat hewan unik tersebut terbalik dan dia sulit membalikkan badannya kembali. Di situ aku belajar sesuatu, bahwa ternyata hewan menakutkan seperti kecoa juga memiliki kelemahan.

0 comments :

Post a Comment