Wednesday, February 25, 2015
Tuesday, February 24, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 6)
Tidak
hanya kebahagiaan dalam kehidupaan saat ini (duniawi), serta kebahagiaan dalam
kehidupan yang akan datang (surgawi) seperti dijelaskan pada artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5), perlu kita ketahui bahwa kebahagiaan
tanpa kondisi atau yang akrab kita sebut Nibbana, juga diajarkan dalam Agama
Buddha cara-cara untuk memperolehnya. Artikel ini mungkin tidak dapat memuat keseluruhan
rincian cara-cara memperoleh kebahagiaan Nibbana. Lebih rinci lagi akan dibahas
di topik khusus nantinya.
Labels:
Artikel Dhamma
Saturday, February 21, 2015
Friday, February 20, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 5)
Jika
dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4) dikatakan
bahwa kebahagiaan duniawi dihalalkan, tapi tidak dianjurkan oleh Buddha, dan di
artikel tersebut dijelaskan pula terdapat empat hal yang dapat menghasilkan
kebahagiaan dalam kehidupan saat ini (duniawi), dalam artikel ini akan lebih
dibahas cara memperoleh kebahagiaan surgawi. Beberapa orang yang sudah sedikit
memahami esensi ajaran Agama Buddha, mungkin sebagian besar dari mereka sudah
tidak lagi tergiur dengan kebahagiaan duniawi. Mereka bisa saja mengharapkan
kebahagiaan surgawi, yang memiliki kualitas lebih mulia dibanding kebahagiaan
duniawi. Oleh karena itu, berikut akan segera dijelaskan bagaimana caranya
memperoleh kebahagiaan tersebut.
Labels:
Artikel Dhamma
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 4)
Kita
telah mengetahui dari artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3) bahwa kebahagiaan duniawi ternyata dihalalkan dalam Agama Buddha. Tapi, meskipun
begitu hal tersebut juga tidak dianjurkan oleh Buddha.
Labels:
Artikel Dhamma
Tuesday, February 17, 2015
Monday, February 16, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 3)
Dari
ketiga jenis kebahagiaan yang dibahas dalam artikel Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), kebahagiaan nibbana merupakan satu-satunya kebahagiaan
yang kekal karena bukan sebuah kondisi. Lalu, apakah benar pernyataan bahwa
seluruh umat Buddha harus mengejar kebahagiaan nibbana dan tidak diperkenankan
mengejar kebahagiaan duniawi atau surgawi? Terlebih lagi terdapat pernyataan
tambahan bahwa kebahagiaan nibbana hanya dapat direalisasi oleh para bhikkhu, sehingga
seluruh umat Buddha sudah seharusnya menjadi bhikkhu dan umat awam tidak
dihalalkan dalam Agama Buddha?
Labels:
Artikel Dhamma
Friday, February 13, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 2)
Setelah
membaca artikel sebelumnya, yaitu Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1), dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan dibagi menjadi tiga jenis. Tiga jenis
kebahagiaan tersebut tidak lain adalah kebahagiaan dalam kehidupan saat ini atau
kebahagiaan duniawi, kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang atau
kebahagiaan surgawi (kebahagiaan karena hidup di alam surga), dan kebahagiaan
tanpa kondisi atau nibbana. Dalam artikel ini akan lebih membahas kebahagiaan
dalam kehidupan saat ini.
Labels:
Artikel Dhamma
Thursday, February 12, 2015
Sunday, February 8, 2015
Tujuan Hidup Manusia menurut Agama Buddha (Part 1)
Pernahkah kita berpikir mengapa sekarang kita hidup?
Dan untuk apa kita hidup? Saya sendiri merupakan salah seorang yang juga pernah
merenungkannya. Saat itu satu-satunya jawaban yang berada di benak saya adalah
Tuhan. Saya dapat hidup pada saat itu karena Tuhan menciptakan saya, dan untuk
apa hidup saya kelak? Semua itu rahasia Tuhan, karena Tuhan telah mengaturnya
bagai alur cerita yang telah disusun oleh Sang Pengarang. Detik itu, saya
sedikit tenang dan jauh dari rasa cemas. Tapi ternyata ketenangan tersebut tidak
dapat bertahan lama.
Labels:
Artikel Dhamma
Saturday, February 7, 2015
Pendahuluan Blog dan Perkenalan Penulis
Blog ini akan memuat artikel-artikel mengenai Dhamma hasil tulisan tangan
seorang Dhammaduta, yaitu saya sendiri. Nama saya Aditya, lengkapnya Aditya
Tandi. Ya, benar saya se-tan (bahasa hokkien) atau dalam
bahasa Indonesia bermarga Tan. “Adi” itulah nama panggilan yang biasa terlontar
di lingkungan keluarga kepada saya. Tapi di lingkungan sekolah, kampus, vihara,
atau lingkungan eksternal lainnya, kebanyakan orang memanggil Adit sebagai
tanda keakraban mereka dengan saya. “Aditya” merupakan sebuah nama asli
Indonesia yang populer, terutama di lingkungan hidup saya. Beberapa orang
merasa bangga akan kepopuleran namanya di lingkungan. Menurut mereka
populer/banyak dipakai berarti nama tersebut bagus dan memiliki arti/makna yang
baik, tapi tidak untuk saya. Saya akan jelaskan jika kita berjodoh Dhamma di
vihara, organisasi, atau lingkungan lainnya.
Labels:
Lain-Lain
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)